PKS GO PKS

Dokoh dan Dakwah: Nafsu Makan yang Seharusnya Kita Miliki

 


Oleh Murtini, S. TP - Kabid KOMDIGI PKS Kab Madiun

Ada satu kata dalam bahasa Jawa yang mungkin jarang terdengar di telinga generasi muda hari ini: dokoh.
Sebuah kata sederhana, berisi nuansa kampung, yang artinya “doyan makan”. Namun, bukan sekadar doyan dalam arti biasa, melainkan kesukaan yang berlimpah, nafsu yang besar, semangat yang tak setengah-setengah.

Orang dokoh tidak akan diam ketika ada hidangan tersaji. Matanya berbinar, tangannya sigap, dan hatinya riang. Ia menikmati setiap suapan seolah itu adalah bagian penting dari hidupnya.
Bayangkan, jika semangat “dokoh” itu dialihkan, bukan untuk sekadar menghabiskan piring-piring nasi, tetapi untuk mengisi jiwa dengan bekal dakwah.

Kader dakwah, apalagi mereka yang bergiat di medan lapangan seperti kader PKS, mestinya menjadi “dokoh” terhadap amal shalih. Dokoh hadir dalam rapat-rapat kader, dokoh mengaji, dokoh berinfak, dokoh mendengar keluhan umat, dokoh mencari jalan keluar masalah masyarakat. Dokoh yang membuat hati gelisah kalau sehari saja tidak menyentuh urusan dakwah.

Karena dakwah itu, seperti makanan, memerlukan rasa lapar. Lapar akan kebaikan. Lapar akan perubahan. Lapar akan pahala.
Kader yang kehilangan rasa lapar ini akan mudah lelah, cepat kenyang oleh sedikit pencapaian, lalu duduk santai di tepi gelanggang. Padahal, dakwah adalah medan tanpa garis akhir.

Maka, menjadi dokoh dalam dakwah berarti menyalakan kembali api semangat. Menghadirkan gairah seperti anak kecil yang melihat meja penuh hidangan Lebaran. Bedanya, hidangan dakwah tidak pernah basi, tidak pernah habis, dan selalu menyisakan rasa ingin lagi.

Dan seperti makan yang baik, dokoh dalam dakwah juga harus disertai adab: tidak serakah, tidak menginjak yang lain, dan tahu kapan memberi kesempatan orang lain untuk ikut menyuap kebaikan.


Namun satu hal pasti: di tengah zaman yang sering membuat manusia kehilangan selera berbuat baik, kita justru perlu menjadi dokoh—lapar tanpa henti untuk melayani umat, menyuapi mereka dengan kasih sayang, dan memberi mereka hidangan berupa teladan.

Jika dokoh dunia membuat perut kenyang, maka dokoh dakwah membuat hati lapang.
Dan kelapangan hati itulah yang akan membuat langkah kader PKS—dan siapa pun yang mau—tetap tegap, meski jalan panjang dan hidangan kebaikan masih terbentang di depan.


0 Response to "Dokoh dan Dakwah: Nafsu Makan yang Seharusnya Kita Miliki"

Posting Komentar

PKS GO PKS