PKS GO PKS

Saat Perempuan Mengambil Peran Sosial




Pada suatu kesempatan, Asma binti Umays bertemu dengan Umar bin Khatab. Sesaat bercakap, di antara keduanya mulai ada perbedaan pendapat sehingga yang satu merasa lebih mulia daripada yang lain. "Aku lebih dulu berhijrah, bukan Anda ya Umar. Bukankah aku bersama suamiku (Ja'far bin Abi Thalib) telah pergi dulu ke Habsyah, sementara engkau belum masuk Islam," kata Asma binti Umays.
"Hai Asma, hijrah yang sesungguhnya ialah ke Yastrib dan aku lebih dulu dari engkau. Bukankah engkau baru belakangan menyusul hijrah dari Habsyah ke Yastrib?" Sanggah Umar bin Khatab.
Rasulullah yang mendengar dialog panas ini menengahi, "Kalian berdua benar." 

Demikianlah, Rasulullah memandang sama pendapat para sahabat dan sahabiyah. Gambaran pola interaksi yang unik, segar, dan terbuka. Namun demikian, ada nuansa kompetitif fastabiqul khairat tapi tetap fair play. Nuansa kompetitif antara laki-laki dan perempuan juga terasa dalam pelaksanaan pemilihan umum.
Dunia politik di Indonesia belum memberikan kesempatan yang luas bagi perempuan. Mengenai quota 30 persen wanita di parlemen, akan tetap menjadi paradigma. Jika paradigma tentang kiprah politik tidak berubah, maka pemberian jatah perempuan hanyalah sekedar basa basi politik, sekedar wacana saja. Jika politik tak lebih dari perebutan harta dan tahta, akan tetap terjadi persaingan tidak sehat dan penuh intrik. Namun, bila paradigma diubah, bahwa parlemen adalah sarana berjuang memberikan khidmatul ummah, dan menegakkan syariat Islam, maka kita akan dengan senang menerima uluran tangan orang-orang yang ingin berbagi beban dengan kita.
Disinilah tantangan besar yang dihadapi oleh kaum perempuan yang terjun ke dunia politik. Tak bisa dipungkiri, masih saja para wanita dianggap kurang memiliki kemampuan di bidang politik, sehingga menimbulkan ketidaksiapan laki-laki sebagai mitra dan ketidaksiapan masyarakat melihat wanita terjun ke dunia politik. Berkiprah di dunia politik memang berat. Perlu mental baja untuk terus menjalaninya dengan  tak banyak mengeluh. Jika belum siap, masih banyak peran politik yang bisa dimainkan. 
 
Demikian pula apa yang dirasakan oleh seorang kader akhwat ketika mengawali amanah sebagai anggota dewan, sebuah jabatan yang tidak mudah dijalankan. Bagaimana tidak? Perolehan suara yang jumlahnya memadai tersebut di luar perkiraan. Beliau sempat ragu untuk menerima amanah ini. Sebelumnya, dia hanyalah Ibu Rumah Tangga biasa yang mencoba untuk aktif berkontribusi sebagai pelayan masyarakat di bawah bendera PKS. Latar belakang pendidikan yang hanya selesai di bangku SMA menambah keraguan.
Dukungan dari keluarga tentu sangat berarti baginya. Doa suami yang selalu menguatkan dan keberadaan anak-anak yang senantiasa menjadi sumber inspirasi dan semangat berkarya. Keberadaan tim support yang tak kenal lelah membantu menyelesaikan berbagai tuntutan dan permasalahan. Sebuah kerja jamaah, yang tidak hanya mengedepankan kualitas individu tapi kerjasama tim.
Satu hal yang beliau yakini bahwa Allah telah memberikan kesempatan untuk berkontribusi lebih besar sebagai khadimul ummah. Kesempatan yang tidak diberikan kepada setiap perempuan di Indonesia. Ibu ini merasa  diberi tanggung jawab untuk mewakili suara kaum perempuan, anggota masyarakat yang jumlahnya sangat besar. Tentu saja, kepentingan para wanita hanya bisa dimengerti oleh wanita. Banyak kebijakan pemerintah yang pasti akan berhubungan dengan kepentingan wanita. Dan hal ini harus diperjuangkan agar hak – hak perempuan tetap diberikan sesuai proporsinya. Motivasi terbesar bukanlah menjadi perempuan hebat yang disanjung dan dihormati semua orang. Hanya sekedar ingin memberikan bukti bahwa seorang Ibu Rumah Tangga pun mampu memberikan manfaat yang lebih besar untuk masyarakat.
Terakhir, saya ingin berpesan kepada setiap kader akhwat. Keberadaan kita di masyarakat itu penting. Setiap diri pasti memiliki potensi pribadi yang bisa dimunculkan untuk memberikan pelayanan lebih pada masyarakat. Jika hanya diam di tempat, partai ini tak akan banyak memberikan manfaat. Kenali bakatmu dan jadilah penoreh warna di sekitarmu. Dan jangan pernah menjauh dari saudaramu. Karena ukhuwah itu sungguh berharga.
Imam Asy-Syahid Hasan Al-Banna mengingatkan:
"Wahai Ikhwan, sungguh aku sama sekali tak khawatir jika seluruh dunia bersatu untuk melibas kalian. Sebab dengan izin Allah, kalian lebih kuat daripada mereka. Tapi aku khawatirkan 2 hal menimpa kalian:
1. Aku khawatir kalian melupakan Allah, hingga Allah membiarkan kalian.
2. Atau kalian melupakan ikhwah-ikhwah, hingga akhirnya satu sama lain saling memperdayai."

Bismillah, semoga Allah merahmati.


0 Response to "Saat Perempuan Mengambil Peran Sosial"

Posting Komentar

PKS GO PKS