PKS GO PKS

Kehadiran Ayah itu Penting



Kehadiran ayah dalam rumah tangga sangat penting, terutama dalam mengisi hari-hari mengasuh bersama anak-anak. Mengapa dikatakan begitu penting, bahkan hampir semua seminar pengasuhan anak dan parenting selalu menyampaikan hal ini dengan lugas. Bahwa mendidik anak, bukanlah tugas seorang ibu saja. Bahkan kalaupun anak ini ditakdirkan menjadi yatim, harus dicarikan sosok pengganti ayah yang membantu dalam keseharian.

Seperti kisah Pak Habibie, dan Ayahnya. Setelah saya membaca bukunya. Menjadi sebegitu cemerlang beliau ternyata peran ayahnya begitu kokoh dalam fikirannya. Peninggalan sejarah berupa nasihat "teruslah menjadi mata air" telah menghujam dengan tajam disanubarinya. Hal itu saja yang membuat pak Habibie begitu kuat dalam menggapai cita-citanya. Sebentar saja memang beliau ditemani ayahnya, dikarenakan takdir Allah. Namun yang sebentar itu, kenyataan nya ayah Pak Habibie meninggalkan peran yang tidak sepele. Ayah beliau sangat serius menggarap cita-cita anaknya, bahkan sampai merasa perlu menitipkan energi besar pada istrinya, ibu dari Pak Habibie. Energi yang sanggup membuat sang ibu tetap berdiri tegar mengurus dan mendidik anak-anaknya yang tidak sedikit.

Kalau kita mau saja telisik kehidupan seseorang yang dilihat menurut sekitar cemerlang. Coba lihat deh bagaimana cerita seorang tersebut dibesarkan oleh orangtuanya, tanyakan lebih detail bagaimana ayah nya pasti dengan serius mendidik anak-anak mereka tersebut. Tanyakan pesan atau insight apa yang seseorang tersebut dapatkan dari orangtua nya, terutama ayahnya hingga menjadi bisa seperti sekarang ini. Dipastikan dikarenakan rekaman pengasuhan yang baik akan menghasilkan karakter positif nan kokoh.

Membicarakan peran ayah, dalam kehidupan seorang anak tentu sangat banyak yang bisa disimak dan dijadikan contoh. Tak jauh-jauh lah perlu kita tengok, bisa dilihat dalam Al quran. Betapa quran telah menggambarkan sosok ayah begitu dengan banyak predikat kebaikan yang layak ditiru. Dari kisah heroik nabi Ibrahim, bersama ismail. Jawaban indah seorang anak yang shalih sangat jelas tergambar disana. Anak yang menerima dengan besar hati, ketika Allah perintahkan ayahnya untuk menyembelih dirinya. Bayangkan loh yaa, bukan sekedar diminta sholat, atau menjalankan puasa. Ini ada seorang anak yang jawaban nya begitu indah dibaca dan diurai maknanya. Jika kita tertarik lebih detail membahasnya, sekiranya perlu kita belajar bagaimana Nabi Ibrahim mendidik anak seperti Ismail hingga bisa sebegitu shalih, Masya Allah.

Pun kisah Lukman dalam Al quran, betapa tertulisnya Allah ingin menyampaikan ada seorang ayah yang begitu concern terhadap kehidupan akhirat anaknya. Dengan sungguh-sungguh beliau menyampaikan pesan tersebut. Satu-satunya manusia yang bukan nabi, bukan pula Rasul, tapi kisah hidupnya diabadikan dalam Qur'an adalah Lukman Al Hakim. Kenapa, tak lain, karena hidupnya penuh hikmah. Suatu hari ia pernah menasehati anaknya tentang hakikat hidup. Berikut isi nasihatnya :
"Anakku, jika makanan telah memenuhi perutmu, maka akan matilah pikiran dan kebijaksanaanmu. Semua anggota badanmu akan malas untuk melakukan ibadah, dan hilang pulalah ketulusan dan kebersihan hati. Padahal hanya dengan hati bersih manusia bisa menikmati lezatnya berdzikir."
"Anakku, kalau sejak kecil engkau rajin belajar dan menuntut ilmu. Dewasa kelak engkau akan memetik buahnya dan menikmatinya."
"Anakku, ikutlah engkau pada orang-orang yang sedangmenggotong jenazah, jangan kau ikut orang-orang yang hendak pergi ke pesta pernikahan. Karena jenazah akan mengingatkan engkau pada kehidupan yang akan datang. Sedangkan pesta pernikahan akan membangkitkan nafsu duniamu."
"Anakku, aku sudah pernah memikul batu-batu besar, aku juga sudah mengangkat besi-besi berat. Tapi tidak pernah kurasakan sesuatu yang lebih berat daripada tangan yang buruk perangainya."
"Anakku, aku sudah merasakan semua benda yang pahit. Tapi tidak pernah kurasakan yang lebih pahit dari kemiskinan dan kehinaan."
"Anakku, aku sudah mengalami penderitaan dan bermacam kesusahan. Tetapi aku belum pernah merasakan penderitaan yang lebih susah daripada menanggung hutang."
"Anakku, sepanjang hidupku aku berpegang pada delapan wasiat para nabi. Kalimat itu adalah:
1. Jika kau beribadah pada Allah, jagalah pikiranmu baik-baik.
2. Jika kau berada di rumah orang lain, maka jagalah pandanganmu.
3. Jika kau berada di tengah-tengah majelis, jagalah lidahmu.
4. Jika kau hadir dalam jamuan makan, jagalah perangaimu.
5. Ingatlah Allah selalu.
6. Ingatlah maut yang akan menjemputmu
7. Lupakan budi baik yang kau kerjakan pada orang lain.
8. Lupakan semua kesalahan orang lain terhadapmu.

Dan Ibnu Qoyyim radiyallahu 'anhu dalam kitab Tuhfatul Maudud secara tegas menyatakan bahwa penyebab utama rusaknya sebuah generasi adalah karena ayah.
Beliau mengatakan, “Betapa banyak orang yang menyengsarakan anaknya, buah hatinya di dunia dan akhirat karena ia tidak memperhatikannya, tidak mendidiknya dan memfasilitasi syahwat (keinginannya), sementara dia mengira telah memuliakannya padahal dia telah merendahkannya. Dia juga mengira telah menyayanginya padahal dia telah mendzaliminya. Maka hilanglah bagiannya pada anak itu di dunia dan akhirat. Jika Anda amati kerusakan pada anak-anak, penyebab utamanya adalah ayah”.

Jadi wahai ayah, jika hari ini sosokmu masih pada sebatas hadir saat persoalan kesibukan mencari nafkah. Berhentilah merenung sejenak, sebatas itukah sajakah urusan dunia mu? Tak bersedih kah, jika mengingat apa yang bisa kelak ayah tinggalkan pesan dan warisan sejarah perilaku yang baik untuk hidup anak-anakmu. Selagi diberikan kesehatan, kelapangan hidup wahai ayah. Luangkanlah waktumu, berfikirlah dengan serius, renungkanlah dimana batas akhir hidupmu. Sudahkah engkau ayah, memberikan keteladanan dan pemahaman iman. Janganlah engkau bebankan hal itu, pada seorang ibu saja. Tak cukup kuat kenyataan nya hari ini para ibu yang sendirian membesarkan anak-anak. Jadi ayah, mulailah dari hari ini!


0 Response to "Kehadiran Ayah itu Penting"

Posting Komentar

PKS GO PKS