Danai Jokowi Rp 60 Miliar, Edward Soeryadjaya Dapat Proyek Monorail Jakarta
Ingin
kaget dan terhenyak mendengar nama Edward Soeryadjaya, sang terduga
koruptor dalam kasus Depo Minyak Pertamina di Balaraja, dadakan
memenangkan tender penggarapan proyek Monorail Jakarta.
Kenyataannya, saya tidak kaget. Bahkan terhenyak pun tidak, kenapa?
Semua
sudah tahu, Edward Soeryadjaya adalah salah satu donatur besar kampanye
Jokowi – Ahok pada Pilkada DKI September 2012 lalu. Berita ini cukup
ramai disorot pada masa Pilkada. Bahkan Edward Soeryadjaya pun mengakui
adanya sumbangan dana miliaran kepada Jokowi – Ahok seperti tertuang
dalam laporan Ari Purwanto dari Rakyat Merdeka dalam peliputannya pada
30 Juli 2012.
Berapa
sih dana yang dikucurkan Edward Soeryadjaya untuk pasangan Jokowi –
Ahok? Konon mencapai angka Rp 60 miliar, atau 25% lebih rendah dari
donasi yang dikucurkan pengusaha properti yang kini menjadi Menteri
Perumahan Rakyat, Djan Faridz sebesar Rp 80 miliar untuk pasangan Jokowi
– Ahok.
Hah? Masak sih untuk biaya kampanye Pilkada bisa mencapai angka ratusan miliar?
Jangan
heran, untuk Pilkada atau pemilihan kepala daerah di tingkat provinsi,
rata-rata dana yang dihabiskan untuk merayu massa memilih masing-masing
pasangan yang maju berkisar di angka Rp 100 – 200 miliar. Untuk DKI
Jakarta sebagai ibukota negara, maklum saja kalau melebihi angka Rp 200
miliar. Kalau untuk level Pilkada Bupati/Walikota angkanya berkisar
antara Rp 10 – 30 miliar.
Wow !
Pertanyaannya
kemudian, kenapa para pengusaha berbondong-bondong mengucurkan dana
kepada pasangan-pasangan yang dijagokan? Apa yang mereka dapat nantinya?
Tak
sulit menebak jawabannya. Pastilah berkenaan dengan keamanan bisnis dan
peluang memperoleh proyek-proyek strategis yang sejalan dengan bisnis
si donatur.
Terkait
donasi Djan Faridz sebesar Rp 80 miliar dan Edward Soeryadjaya sebesar
Rp 60 miliar kepada Jokowi – Ahok, terindikasi jelas sebagaimana pernah
ditulis Tempo dan Kompas bahwa Djan Faridz mengincar perpanjangan
kontrak Pasar Tanah Abang dan kelanjutan proyek-proyek properti miliknya
di DKI, sedangkan Edward Soeryadjaya mengincar proyek pengembangan
Jakarta Fair, Kemayoran dan Monorail Jakarta. Seluruh proyek-proyek yang
diincar 2 donatur besar Jokowi – Ahok ini bernilai triliunan rupiah,
sehingga wajar mereka berani kucurkan ratusan miliar untuk kemenangan
Jokowi – Ahok di DKI.
Semula,
banyak yang meragukan, apa betul Jokowi – Ahok akan melakukan itu
kepada donatur-donaturnya. Tapi toh kenyataannya demikian. Pada 20
Desember 2012, atau 3 bulan usai kemenangannya di DKI Jakarta, Jokowi
menyatakan kepada media bahwa Edward Soeryadjaya paling berpeluang
memenangkan tender proyek Monorail Jakarta.
Dan kemarin, 12 Februari 2013, ramai pemberitaan bahwa Edward Soeryadjaya memenangkan tender proyek Monorail Jakarta.
Hmm.. Jelas !
Satu
kabar kabur telah menjadi fakta. Masih ada beberapa kabar kabur lagi
seperti perpanjangan kontrak Pasar Tanah Abang dan kelanjutan
proyek-proyek properti di DKI untuk Djan Faridz, serta penggarapan
proyek pengembangan kawasan Jakarta Fair untuk Edward Soeryadjaya.
Jika
ini juga terjadi, maka benarlah asumsi yang berspekulasi sebelumnya,
yaitu Jokowi – Ahok pun tunduk pada kepentingan pengusaha. Istilah
kasarnya, ada paket terima kasih dari Jokowi – Ahok berupa proyek
bernilai triliunan rupiah kepada para donaturnya yang telah berbaik hati
memberikan dana dukungan kampanye ratusan miliar rupiah. Tentunya untuk
melanggengkan kekuasaan bisnis mereka.
Sumber : http://politik.kompasiana.com/
0 Response to "Danai Jokowi Rp 60 Miliar, Edward Soeryadjaya Dapat Proyek Monorail Jakarta"
Posting Komentar