PKS GO PKS

Mendengar Lebih



Dalai Lama bilang, banyaklah mendengar daripada bicara. Kalau banyak bicara kita tahu banyak hal yang kita sudah tahu. Banyak mendengar maka kita lebih tahu banyak hal yang kita belum tahu. Inilah salah satu hikmah mengapa Allah menciptakan manusia dengan satu mulut dan dua telinga.

Tabligh adalah salah satu kriteria kepemimpinan Rasulullah. Tabligh artinya menyampaikan, menyampaikan segala sesuatu yang di'dengar' dari Allah yang berupa wahyu. Bagi seorang pemimpin, bisakah menyampaikan pendapat / saran dengan lebih banyak mendengar dari orang lain? Kalau bisa, itu sangat dahsyat level leadershipnya.

Rasulullah mengajarkan kita untu menjaga lisan.
“Maukah kuberitahukan kepadamu tentang kunci semua perkara itu?” Jawabku: “Iya, wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya dan bersabda, “Jagalah ini”. Aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami dituntut (disiksa) karena apa yang kami katakan?”Maka beliau bersabda, “Celaka engkau. Adakah yang menjadikan orang menyungkurkan mukanya (atau ada yang meriwayatkan batang hidungnya) di dalam neraka selain ucapan lisan mereka?” (HR. Tirmidzi no. 2616. Tirmidzi mengatakan hadits ini hasan shohih)

Dari Abdullah bin Amr radhiyallahu ta’ala ‘anhu, bahwa Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Dari hadits di atas, kita diingatkan untuk belajar dan belajar, kemudian menyampaikan kembali meskipun hanya sedikit. Porsi belajar tetap lebih besar dari mengajar.

Dalam berbagai buku tentang negosiasi, negosiator yang ulung menghabiskan 70% waktu mereka untuk mendengar lawan bicaranya. Dan, berdasarkan penelitian, banyak yang berhasil menerapkan ilmu ini. Kebanyakan pelatihan kepribadian lebih menekankan pada penguasaan materi untuk menjadi pembicara yang baik bukan pendengar yang baik. Jadi, mari kita belajar lebih banyak mendengar agar lebih banyak pula informasi yang didapat.

0 Response to "Mendengar Lebih"

Posting Komentar

PKS GO PKS