Kata Ulama Tentang Hadits-Hadits Berpuasa Khusus Pada Bulan Rajab
Beberapa hari ini, kami mendapatkan beberapa pertanyaan tentang
banyaknya beredarnya SMS dan BBM (Blackberry Messanger) yang menyebutkan
keutamaan berpuasa pada bulan Rajab, dengan fadilah yang "wow" dan
bombastis. Sayangnya SMS dan BBM tersebut tidak menyebutkan sumber
nukilan dari mana hadits-hadits itu berasal. Pertanyaan ini, selalu berulang dari
tahun ke tahun, tahun lalu tahun lalu terus begitu, kami mendapatkan pertanyaan
serupa setiap menjelang atau awal bulan Rajab.
1. Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah , Beliau berkata:
3. Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah, mengatakan:
5. Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah, berkata:
Ada pun puasa, tidak ada yang shahih sedikit pun tentang keutamaan puasa Rajab dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Salam dan tidak pula dari sahabat-sahabatnya. (Al Latha-if Al Ma'arif, Hal. 228)
Berikut ini akan kami
paparkan perkataan para Imam tentang hadits-hadits keutamaan puasa pada bulan
Rajab. Semoga ini bisa diambil manfaatnya bagisiapa saja yang objektif dan mau
menerima kebenaran.
* * * * *
1. Imam Ibnu Taimiyah Rahimahullah , Beliau berkata:
وَأَمَّا صَوْمُ رَجَبٍ بِخُصُوصِهِ،
فَأَحَادِيثُهُ كُلُّهَا ضَعِيفَةٌ، بَلْ مَوْضُوعَةٌ، لَا يَعْتَمِدُ أَهْلُ
الْعِلْمِ عَلَى شَيْءٍ مِنْهَا، وَلَيْسَتْ مِنْ الضَّعِيفِ الَّذِي يُرْوَى فِي
الْفَضَائِلِ، بَلْ عَامَّتُهَا مِنْ الْمَوْضُوعَاتِ الْمَكْذُوبَاتِ
Ada pun mengkhususkan
puasa Rajab, maka semua hadits-haditsnya adalah dhaif bahkan palsu, para ulama
tidak berpegang sedikit pun terhadapnya, dan itu bukanlah termasuk
dhaifnya riwayat tentang masalah keutamaan (fadhaail), bahkan umumnya adalah
palsu lagi dusta ... (Al Fatawa Al Kubra, 2/478, Majmu Fatawa,
25/290)
2. Imam Ibnu Qayyim Al
Jauziyah Rahimahullah, berkata:
كل حديث في ذكر صيام رجب وصلاة بعض الليالي فيه
فهو كذب مفترى
Semua hadits yang
menyebutkan tentang puasa Rajab dan shalat pada sebagian malam-malamnya adalah
dusta. (Al Manar Al Muniif, Hal. 96)
3. Imam Ibnu Hajar Al ‘Asqalani Rahimahullah, mengatakan:
قال ابن حجر : لم يرد في فضله، ولا في صيامه، ولا
في صيام شئ منه معين، ولا في قيام ليلة مخصوصة منه، حديث صحيح يصلح للحجة.
“Tidak ada hadits yang
menyebutkan keutamaannya, tidak pula keutamaan puasanya, tidak ada puasa khusus
pada Rajab, tidak juga shalat
malam secara khusus, dan hadits shahih lebih utama dijadikan hujjah (dalil).” (Dikutip
oleh Syaikh Sayyid Sabiq dalam Fiqhus Sunnah, 1/453)
Imam Ibnu Hajar juga
berkata dalam Kitab Tabyinul ‘Ajab, sebagaimana dikutip oleh Imam Abdul
Hay Al Luknawi:
أما الأحاديث الواردة في فضل رجب أو صيامه أو صيام شيء منه فهي
على قسمين ضعيفة وموضوعة
“Adapun hadits-hadits yang ada tentang keutamaan Rajab atau
puasanya atau sedikit puasa pada bulan Rajab, terdiri atas dua bagian; yaitu
dhaif (lemah) dan maudhu’ (palsu).” (Al Atsar Al
Marfu’ah fil Akhbar Al Maudhu’ah, hal. 59).
4. Syaikh Sayyid Sabiq Rahimahullah berkata:
وصيام رجب، ليس له فضل زائد على غيره من الشهور،
إلا أنه من الاشهر الحرم. ولم
يرد في السنة الصحيحة: أن للصيام فيه فضيلة بخصوصه، وأن ما جاء في ذلك مما لا
ينتهض للاحتجاج به
Puasa Rajab, tidak
memiliki kelebihan apa pun dibanding bulan-bulan lainnya, hanya saja dia
termasuk bulan-bulan haram. Tidak ada dalam sunah yang shahih tentang
bahwa puasa pada bulan tersebut memiliki keutamaan khusus,
ada pun riwayat yang ada menyebutkan tentang hal itu tidak kuat dijadikan
sebagai hujjah. (Fiqhus Sunnah, 1/453).
5. Imam Ibnu Rajab Al Hambali Rahimahullah, berkata:
وأما الصيام فلم يصح في فضل صوم رجب بخصوصه شيء عن النبي صلى الله
عليه وسلم ولا عن أصحابه
Ada pun puasa, tidak ada yang shahih sedikit pun tentang keutamaan puasa Rajab dari Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Salam dan tidak pula dari sahabat-sahabatnya. (Al Latha-if Al Ma'arif, Hal. 228)
6. Imam Al Munawi Rahimahullah berkata:
بل عامة الأحاديث المأثورة فيه عن النبي صلى الله
عليه وسلم كذب
“Bahkan Umumnya hadits-hadits tentang keutamaan Rajab adalah dusta.”
(Faidhul Qadir, 4/24)
Sebagai contoh:
“Sesungguhnya di surga ada sungai bernama Rajab, airnya lebih
putih dari susu dan rasanya lebih manis dari madu. Barangsiapa yang berpuasa
Rajab satu hari saja, maka Allah akan memberikannya minum dari sungai itu.” (Status
hadits: batil. Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 1898. Imam Ibnul
Jauzi mengatakan: tidak shahih. Imam Adz Dzahabi mengatakan: batil.
Lihat Syaikh Muhammad bin Darwisy bin Muhammad, Asnal Mathalib, Hal. 86)
“ Ada lima malam yang doa tidak akan ditolak: awal malam pada
bulan Rajab, malam nishfu sya’ban, malam Jumat, malam idul fitri, dan malam
hari raya qurban.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As Silsilah
Adh Dhaifah No. 1452. Lihat juga Syaikh Khalid bin Sa’ifan, Ma
Yatanaaqaluhu Al ‘Awwam mimma Huwa Mansuub li Khairil Anam, Hal. 14)
“Rajab adalah bulannya
Allah, Sya’ban adalah bulanku, dan Ramadhan adalah bulan umatku.” (Status
hadits: Dhaif (lemah). Lihat As Silsilah Adh Dhaifah No. 4400.
Imam Al Munawi mengutip dari Imam Zainuddin Al ‘Iraqi mengatakan: dhaif
jiddan – sangat lemah. Lihat Faidhul Qadir, 4/24)
“Dinamakan Rajab karena
di dalamnya banyak kebaikan yang diagungkan (yatarajjaba) bagi
Sya’ban dan Ramadhan.” (Status hadits: Maudhu’ (palsu). As
Silsilah Adh Dhaifah No. 3708. Lihat juga Imam As Suyuthi, Al Jami’ Ash
Shaghir No. 4718)
Dan masih banyak lagi yang lainnya, seperti shalat raghaib (12
rakaat) pada hari kamis ba’da maghrib di bulan Rajab (Ini ada dalam kitab Ihya
Ulumuddin-nya Imam Al Ghazali). Segenap ulama seperti Imam An Nawawi
mengatakan ini adalah bid’ah yang buruk dan munkar, juga Imam Ibnu Taimiyah,
Imam Ibnu Nuhas, dan lainnya mengatakan hal serupa).
Imam An Nawawi juga
menyebut tidak ada yang shahih tentang puasa Rajab dan keutamannya, seperti
yang akan nanti kami kutipkan.
Sekedar ingin berpuasa
di Bulan Rajab? Boleh!
Walau demikian, tidak
berarti kelemahan semua riwayat ini menunjukkan larangan ibadah-ibadah
secara global. Melakukan puasa, sedekah, memotong hewan untuk sedekah,
dan amal shalih lainnya adalah perbuatan mulia dan dianjurkan, kapan pun
dilaksanakannya termasuk bulan Rajab (kecuali puasa pada hari-hari terlarang
puasa).
Tidak mengapa puasa pada
bulan Rajab, seperti puasa senin kamis dan ayyamul bidh (tanggal
13,14,15 bulan hijriah), sebab ini semua memiliki perintah secara umum dalam
syariat. Tidak mengapa sekedar memotong hewan untuk disedekahkan, yang keliru
adalah meyakini dan MENGKHUSUSKAN ibadah-ibadah ini dengan fadhilah tertentu
yang hanya bisa diraih di bulan Rajab, dan tidak pada bulan lainnya. Jika
seperti ini, maka membutuhkan dalil shahih yang khusus, baik Al Quran atau As
Sunnah yang shahih.
Imam An Nawawi
Rahimahullah mengatakan:
وَلَمْ يَثْبُت فِي صَوْم رَجَب نَهْيٌ وَلَا
نَدْبٌ لِعَيْنِهِ ، وَلَكِنَّ أَصْلَ الصَّوْمِ مَنْدُوبٌ إِلَيْهِ ، وَفِي سُنَن
أَبِي دَاوُدَ أَنَّ رَسُول اللَّه صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَدَبَ إِلَى
الصَّوْم مِنْ الْأَشْهُر الْحُرُم ، وَرَجَب أَحَدهَا . وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
“Tidak ada yang shahih
tentang larangan berpuasa pada bulan Rajab, dan tidak shahih pula
mengkhususkan puasa pada bulan tersebut, tetapi pada dasarnya
berpuasa memang hal yang disunahkan. Terdapat dalam Sunan Abu Daud bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan berpuasa pada asyhurul
hurum (bulan-bulan haram), dan Rajab termasuk asyhurul hurum. Wallahu A’lam
(Al Minhaj Syarh Shahih Muslim, 8/39)
Hadits yang dimaksud
Imam An Nawawi berbunyi:
عَنْ مُجِيبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيهَا
أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ
أَتَى رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ انْطَلَقَ
فَأَتَاهُ بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا
رَسُولَ اللَّهِ أَمَا تَعْرِفُنِي قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيُّ
الَّذِي جِئْتُكَ عَامَ الْأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلَّا بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ
فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ
نَفْسَكَ ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ
زِدْنِي فَإِنَّ بِي قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِي قَالَ صُمْ
ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِي قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ
الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ
الثَّلَاثَةِ فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا
Dari Mujibah Al Bahili,
dari ayahnya, atau pamannya, bahwasanya dia memdatangi Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, lalu dia pergi. Kemudian mendatangi lagi setelah satu
tahun lamanya, dan dia telah mengalami perubahan baik keadaan dan penampilannya.
Dia berkata: “Wahai Rasulullah, apakah kau mengenali aku?” Nabi bertanya:
“Siapa kamu?” Al Bahili menjawab: “Saya Al Bahili yang datang kepadamu setahun
lalu.” Nabi bertanya:: “Apa yang membuatmu berubah, dahulu kamu terlihat
baik-baik saja?” Al Bahili menjawab: “Sejak berpisah denganmu, saya tidak makan
kecuali hanya malam.” Bersabda Rasulullah: “Kanapa kamu siksa dirimu?”, lalu
bersabda lagi: “Puasalah pada bulan kesaabaran, dan sehari
pada tiap bulannya.” Al Bahili berkata: “Tambahkan, karena saya masih punya
kekuatan.” Beliau bersabda: “Puasalah dua hari.” Beliau berakata: “Tambahkan.”
Beliau bersabda: “Puasalah tiga hari.” Al Bahili berkata: “Tambahkan untukku.”
Nabi bersabda: “Puasalah pada bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya),
Puasalah pada bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya), Puasalah pada
bulan-bulan haram, dan tinggalkanlah (sebagiannya). Beliau berkata dengan tiga
jari hemarinya, lalu menggenggamnya kemudian dilepaskannya. (HR. Abu Daud
No. 2428, Al Baihaqi dalam As Sunan Al Kubra No. 8209, juga Syu’abul
Iman No. 3738. Syaikh Sayyid Sabiq mengatakan: sanadnya jayyid.
Lihat Fiqhus Sunnah, 1/453. Namun Syaikh Al Albani mendhaifkan
dalam berbagai kitabnya, seperti Dhaif Abi Daud, Tahqiq Riyadhish Shalihin,
dll)
Jumhur ulama membolehkan
tetap berpuasa pada bulan Rajab secara umum, sementara kalangan Hanabilah
(Hambaliyah) memakruhkannya, sebagaimana juga pendapat Umar bin Al
Khathab dan putranya, Radhiallahu 'Anhuma.
Berkata Syaikh Dr.
Abdullah Al Faqih:
ومن خلال هذه النقول يتضح لنا جلياً أن المسألة
خلافية بين العلماء، ولا يجوز أن تكون من مسائل النزاع والشقاق بين المسلمين، بل
من قال بقول الجمهور من العلماء لم يثرب عليه، ومن قال بقول الحنابلة لم يثرب
عليه.
وأما صيام بعض رجب، فمتفق على استحبابه عند أهل المذاهب الأربعة لما سبق، وليس بدعة.
ثم إن الراجح من الخلاف المتقدم مذهب الجمهور لا مذهب الحنابلة.
وأما صيام بعض رجب، فمتفق على استحبابه عند أهل المذاهب الأربعة لما سبق، وليس بدعة.
ثم إن الراجح من الخلاف المتقدم مذهب الجمهور لا مذهب الحنابلة.
Pada masalah ini, kami
katakan bahwa telah jelas perkara ini telah diperselisihkan para ulama, dan
tidak boleh masalah ini menjadi sebab pertentangan dan perpecahan di antara
kaum muslimin. Bahkan, siapa saja yang berpendapat seperti jumhur ulama dia
tidak boleh dicela, dan siapa saja yang berpendapat seperti Hanabilah dia juga
tidak boleh dicela. Ada pun berpuasa pada sebagian bulan Rajab, maka telah
disepakati kesunahannya menurut para pengikut empat madzhab sebagaimana
penjelasan lalu, itu bukan bid'ah.
Kemudian, sesungguhnya
pendapat yang lebih kuat dari perbedaan pendapat sebelumnya adalah pendapat
jumhur, bukan pendapat Hanabilah. (Fatawa Asy Syabakah Al Islamiyah No.
28322)
Wallahu A'lam
Wa Shallallahu 'ala Nabiyyina
Muhammadin wa 'ala Aalihi wa Ashhabihi wa Sallam
Farid Nu'man Hasan
0 Response to "Kata Ulama Tentang Hadits-Hadits Berpuasa Khusus Pada Bulan Rajab"
Posting Komentar