PKS GO PKS

Ketika Jiwa Terserang Stroke

Stroke adalah suatu kondisi yang terjadi ketika pasokan darah ke suatu bagian otak tiba-tiba terganggu. Akibatnya, penderita penyakit ini akan mengalami kelumpuhan pada sebagian atau seluruh tubuhnya. Di dunia, penyakit ini adalah salah satu penyebab kematian tertinggi ketiga setelah kanker dan jantung.

 Penderita penyakit ini tak bisa berbuat apa-apa. Hanya terbaring lunglai tak bisa menggerakan tubuhnya. Segala aktivitasnya hanya ditempat tidur. Kasihan. Hidupnya tak lagi produktif, bahkan cenderung ‘merepotkan’ orang lain.

Namun ada yang lebih tragis dari stroke diatas. Saya menyebutnya stroke kejiwaan. Apa itu stroke kejiawaan? Sebagaimana yang kita tahu stroke adalah melumpuhnya anggota tubuh, maka stroke kejiwaan adalah lumpuhnya jiwa seseorang dari rasa empati terhadap kondisi orang lain. Hilangnya rasa peduli, matinya rasa kemanusiaan.

Menjadi manusia yang utuh dan sempurna harus memiliki tiga syarat. Syarat pertama, manusia harus memiliki jasad. Manusia tanpa jasad? Lebih layak disebut makhluk halus. Syarat kedua, manusia harus memiliki Pikiran/Otak. Tanpa otak tak pantas disebut manusia lebih pas jika disebut hewan. Syarat ketiga manusia harus memiliki ruh (jiwa). Tanpa ruh manusia hanyalah seonggok daging yang telah mati.

Jika jiwa tak lagi tersentuh oleh tangisan mereka yang teraniaya, jika hati telah terkunci rapat dari teriakan mereka yang mengharap pertolongan, jiwa itu telah mengalami stroke yang mematikan.

“Perumpamaan orang-orang mukmin dalam berkasih sayang dengan sesama mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, maka seluruh tubuh akan merasakan (sakit) demam dan tidak bisa tidur.” (HR. Bukhari-Muslim)

Seorang anak terjatuh saat berlari mengejar layang-layang. Lututnya berdarah, dan secara spontan lisannya berbicara “aduh...sakiiiittt” tanpa perintah pula kedua matanya menitikan air mata bening. Kedua tangannya pun langsung memegang lututnya yang terluka, hatinya tersayat pilu menderita. Dengan segera ia mencari obat untuk menyembuhkan lukanya. Sebuah gambaran harmonisasi kehidupan untuk saling menanggung beban. Saling merasakan derita yang dialami anggota tubuh yang lainnya. Itulah gambaran sebuah hidup yang sehat.

Bagi penderita stroke, tentu hal ini tidak dapat dilakukan. Saat kakinya digigit serangga, mulutnya tak bisa merespon, air matanya pun tak berair mata. Tangannya diam tak bergerak. Hatinya mungkin berkata-kata tapi sayang tak direspon anggota tubuh lainnya.

Sahabat, mari kita lihat apakah jiwa kita sehat-sehat saja atau telah terjangkit gejala stroke.

Seperti yang kita tahu, dunia ini ramai dihidangkan bencana dimana-mana. Ulah manusia yang telah membuat alam meronta dan marah yang pada akhirnya memuntahkan kemarahannya hingga menyebabkan kerugian jiwa dan harta. Semua fenomena ini menggerakan jiwa jiwa peduli untuk terus berbagi. Mereka berlomba-lomba meringankan beban satu sama lain. Namun yang hanya diam tak berbuat pun banyak bertebaran.

Belum lagi tragedi kemanusiaan terus dipertontonkan di belahan bumi lainnya. Anak-anak menjerit, para wanita histeris. Mereka menjadi korban dari sebuah peperangan yang mungkin mereka masih belum mengerti mengapa semua bisa terjadi? Ibu kehilangan anaknya, anak kehilangan ayahnya. Bahkan satu generasi telah lenyap tak ada penerusnya karena semua telah menjadi korban peperangan yang tak kunjung usai.

Desingan peluru dan mesiu menjadi drama menakutkan yang harus dialami mereka yang hidup di Palestina, Suriah, Somalia, dan Rohingya. Kelaparan hingga kini terus merenggut nyawa anak-anak Somalia. Pembantaian pun masih terus mengintai etnis Rohingya di Myanmar. Perjuangan Palestina dengan darah dan batu pun tak kunjung usai. Suriah pun masih terlalu sengit pertarungan yang terjadi, sulit untuk didamaikan.

Bagaimana kita menyikapi bencana tersebut? diam membeku atau bergerak meski hanya sepercik bantuan yang bisa kita lakukan?

Jika mereka semua para korban bencana maupun peperangan adalah lutut yang terjatuh dari seorang anak, maka seharusnya kita adalah mulut, mata, tangan dan hati yang dengan segera membantu mengobati rasa sakit yang mereka alami. Cepat dan tanggap merespon jeritan para korban bencana alam maupun bencana sosial yang terus menjerit setiap hari. Jika tidak demikian, maka sudah dipastikan jiwa jiwa kita telah terjangkit stroke mematikan. Naudzubillah..

[http://www.islamedia.web.id/2013/03/ketika-jiwa-terserang-stroke.html]

0 Response to "Ketika Jiwa Terserang Stroke"

Posting Komentar

PKS GO PKS