PKS GO PKS

Cacing dan Pemuda

Penulis: Nikmatus Solikha

Ustadz Yusuf jengah. Jengah selalu ceramah. Ceramah yang yang tak pernah menggugah. Ia yang payah atau tak becus memberi dakwah? Entahlah.

Yang pasti, hari ini Ustadz yang masih single itu tengah terjebak galau. Bagaimana tidak? Namanya kini dikenal sebagai Ustadz ‘payah’. Dan, jika kalian ingin tahu apa alasan yang membuat gelar itu bisa melekat padanya, jawabannya adalah ketidakmampuan Ustadz Yusuf memperbaiki kebiasaan buruk pemuda-pemuda kampung yang tiap harinya mabuk. Bukan salah Ustadz Yusuf juga, sih... Tapi, sepertinya warga tak tahu lagi siapa yang bisa disalahkan.

“Yaa Allah, apa yang musti hamba lakukan?” Ustadz Yusuf melempar pandang ke arah jendela ruang tamu, pandangannya menerawang jauh, sejauh pikiran yang mengambang bingung. Seharusnya ia tak perlu stress memikirkan pemuda-pemuda yang terus saja merisaukan warga. Tapi, sebagai salah satu tokoh agama, Ustadz Yusuf tak pantas angkat tangan begitu saja. Ini tanggung jawabnya juga.

“Aku harus lakukan sesuatu. Tapi apa?” Ustadz muda itu menggaruk kepalanya yang tak gatal.

“Ahhhaaaa!” Bola lampu kasat mata bertender di kepalanya, ide cemerlang tiba-tiba saja muncul. Dengan senyum sumringah ia menjentikkan jari penuh keyakinan.

“Kali ini harus berhasil! Yosh, semangat!”

***

Sore ini Ustadz Yusuf mengundang beberapa pemuda ke rumahnya. Kali ini tidak untuk berceramah, melainkan melakukan sebuah percobaan. Ia tahu, para pemuda pasti sudah bosan mendengar ocehannya saban hari. Itupun jika mereka benar-benar mendengarnya. Kemungkinan terbesar ceramahnya selama ini hanya numpang lewat telinga kiri dan langsung melejit lewat telinga kanan. Siapa yang tahu?

Ustadz Yusuf memandang beberapa pemuda di hadapannya. Yah, menjanjikan bakso gratis ternyata berhasil mengumpulkan pemuda-pemuda bandel itu.

Semua bahan percobaan sudah disiapkan. Meja, botol kaca berisi air, dan beberapa ekor cacing.

“Apa di sini ada yang bawa bir?” tanya Ustadz Yusuf. Beberapa pemuda langsung menggelengkan kepala.

“Tak usah takut. Kali ini saya tidak akan merampasnya.”

Mendengar itu, mereka terdiam. Saling pandang dan sikut-menyikut.

“Saya janji tidak akan merampasnya,” ulang Ustadz Yusuf, namun kali ini ada intonasi meninggi. Gerombolan pemuda itu menelan ludah, berbisik dan dan terus saling sikut.

“Menunggu saya geledah?” ancam Ustadz Yusuf yang seketika membuat salah satu dari mereka kontan berdiri dan menyerahkan sebotol kecil bir yang ia simpan di saku celananya.

“Ah, baiklah. Ayo kita mulai percobaannya!” Ustadz Yusuf menerima botol bir itu. Lalu menatanya agar sejajar dengan botol berisi air biasa. Ustadz muda itu meraih seekor cacing dan memasukkannya ke dalam botol berisi air biasa.

“Perhatikan cacing ini, sangat lincah berenang dalam botol berisi air biasa.”

Para pemuda hanya meresponnya dengan, “Ooohhh!”

“Berbeda dengan yang ini,” tangan Ustadz Yusuf beralih pada botol bir dan memasukkan cacing di sana. ”Perhatikan! Cacing tersebut langsung mengeriput, melemas dan mati.”

Lagi-lagi hanya “Ooohhh” yang ia dengar. Mereka sudah paham kalau bir merusak kesehatan rupanya, pikirnya

“Jadi, kesimpulannya?” Ustadz Yusuf melemparkan pertanyaan sembari tersenyum.

“Bir dapat membunuh cacing dalam perut kita. Ayo, kita minum lebih banyak agar tidak cacingan,” jawab para pemuda itu berbarengan.

Seketika Ustadz Yusuf terjungkal dari tempatnya. “Ya Allah, sepertinya saya harus coba cara yang lain,” batin sang Ustadz menangis miris.

Selesai.

[http://www.annida-online.com]

0 Response to "Cacing dan Pemuda"

Posting Komentar

PKS GO PKS