PKS GO PKS

Seni Memilih Surga

Oleh : Mukti Amini Farid

Suatu senja, datang seorang perempuan muda dengan tampilan yang chic, santai berkata,”Aku malas pakai jilbab, ah. Yang penting kan menjilbabi hati. Juga sebel kalau di Islam bilangnya gak boleh pacaran. Apa salahnya sih penjajagan. Aku kan tetap rajin sholat 5 waktu, puasa juga. Toh, selama ini aku juga baik-baik saja, gak terpuruk ke perbuatan yang enggak-enggak”.
”Kamu yakin, itulah pilihanmu?”
”Yakin. Tuh buktinya, kakakku yang memilih berjilbab, penghasilannya tak sesukses aku. Nikahnya dulu dia gak mau pakai pacaran, kondisi ekonomi rumah tangganya sampai sekarang.. yaah begitulah. Menurutmu gimana? Kakakku atau aku yang salah?”
”Nggak ada yang salah. Masing-masing punya pilihan kok”
”Maksudnya?”
”Begini. Surga itu kan bertingkat-tingkat, dari firdaus yang tertinggi sampai yang terendah. Ada orang yang berharap mendapatkan surga yang tertinggi, dan rela bersusah payah di dunia untuk itu. Ada juga yang merasa sudah cukup lah asal nemplok ke surga, biar cuma di emperannya saja, asal bisa senang-senang di dunia dan gak terlalu terikat aturan agama. Nah, mungkin kakakmu ingin surga yang tertinggi itu, jadi dia rela bersusah-susah dulu. Tapi jika kamu memilih pengin di emperannya saja, ya gakpapa. Yaah, meskipun nemplok di emperan itu, sangat beresiko”
”Resiko apa?”
”Namanya juga di emperan. Bisa saja pas ngantuk jatuh deh, nyemplung ke neraka. Lagi pula ada ’masa pemutihan’ kan, untuk amal kita, meskipun Allah jamin tiap muslim akan masuk surga. Nah, kita sendiri juga yang menentukan, mau masuk surga langsung gak pakai nyicipi neraka, atau harus lewat pemutihan dulu di neraka. Pemutihannya pun masih bisa memilih. Mau sebentar, satu-dua hari mampir, bisa. Mau setahun dua tahun ’home stay’ di neraka juga bisa. Mau bertahun-tahun sampai entah berasa sekarat berapa ribu kali dulu di neraka, juga bisa. Itu semua kan pilihan kan. Intinya ya kayak peribahasa itulah, siapa yang menanam benih, dia yang akan menuai.”
”Ih, ngeri. Etapi buset dah, lu ngejelasin pilihan di surga neraka kok kayak pilih sayur di pasar aja.”
”Haha. Itu karena yang kuhadapi dirimu, sayang. Seorang perempuan super cerdas yang kuduga rada gak mempan dijelasin pakai ayat. Entar malah dibilang aku mau kultum lagi. Repot”
”Wwkwk, iyeee ustezeeeh. Tapi penjelasanmu masuk di akal. Dan, mmm, terus terang menohok diriku”.
”Bagus lah! Semoga ada waktu untuk mengendapkannya, say” ucap sahabatnya menutup pembicaraan sambil tersenyum penuh arti.
Dan perempuan denngan tampilan chic yang sangat cerdas itu, kini telah mengenakan hijab dengan rapi, serta memiliki keluarga yang bahagai, yang menanamkan nila-nilai religi sejak dini.
*based on true story

 [http://www.fimadani.com/seni-memilih-surga/]

0 Response to "Seni Memilih Surga"

Posting Komentar

PKS GO PKS