Baiknya, Kader Demokrat Les Sama PKS
Hampir semua partai punya masalah dan dinamika, tapi biasanya partai politik dapat menahan polemic di internalnya tanpa terendus oleh media masa dan public. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) contohnya, pasca penetapan Lutfhie sebagai tersangka, disusul dengan suksesi kepemimpinan yang menempatkan Anis Matta sebagai presiden, nyaris tanpa gejolak di internal mereka. Walaupun, semua media membertakan partai dakwah ini, namun PKS mampu meredam semua serangan dan tudingan public.
Begitu juga dengan Golkar, partai warisan orde
baru ini juga mampu menahan setiap dinamika yang ada, tanpa perlu
menimbulkan gonjang-ganjing baik dikalangan internal, maupun keluar dari
organisasi mereka. Ada sich problematika itu, namun Golkar dapat
membendung dengan cepat setiap gejolak yang ada. Sehingga isu tak sedap
yang menerpa terselesaikan dengan hitungan hari.
Akan tetapi hal demikian tidak berlaku pada
Partai Demokrat. Hampir keseluruhan kabar yang seharusnya hanya
dikonsumsi di kalangan tertentu partai, menjadi santapan public. Di
partaio pemenang pemilu ini, kader saling serang sesame kader. Sehingga
menjadi konsumsi media dan pada akhirnya semua lapisan masyarakat tahu
apa yang seharusnya ketahui kalangan internal.
Jika dicatat, dua tahun terakhir ini tak
terhitung lagi saling serang itu terjadi. Kita mencatat hal demikian
dimulai Ruhut Sitompul dengan menyerang Amir Syamsudin-Deny
Kailimang-Kastorius Sinaga di acara diskusi Indonesia Lawyer Club. Ketua
Fraksi Demokrat pun tak luput dari serangan Ruhut, ketika raja minyak
ini dinasehati dan sempat ditegur fraksi atas semua pernyataannya.
Belum lagi, celotehan Ruhut yang membuat
telinga elite democrat merah. Apalagi Ruhut tak henti-hentinya menuntut
Anas non aktif dari kursi kepemimpinan partai. Sikap Ruhut berbuntut
pada pencopotannya menjadi ketua DPP. Tapi hal demikian tak membuat dia
diam, Ruhut terus bersuara menggoyang dan menghajar siapa yang mencoba
menyuruh diam.
Tidak hanya Ruhut yang bersikap demikian, tokoh
senior democrat seperti Jero wacik, syarif Hasan dan beberapa lainnya
sempat jadi sorotan media, lantaran menggugat dan mengkritik Anas
urbaningrum. Mentri democrat ini berpendapat bahwa Anas bertanggung
jawab atas anjloknya elektabilitas partai. Baiknya, kata anggota majelis
tinggi ini Anas non aktif dulu.
Statement jero wacik ini mendapat reaksi keras
dari loyalis Anas dan DPD democrat. Sehingga perang saudara kembali
terjadi. Namun seruan politisi senior ini mendapat respon dari Ketua
dewan Pembina democrat yang menghasilkan delapan solusi, penandatangani
pakta integritas dan disusul dengan rapimnas yang diselenggarakan esok
hari.
Kader democrat ini memang berbeda dari kader
partai lain. Walaupun partai mendapat sorotan tajam public, tapi saling
serang sesame kader tidak otomatis berhenti. Dua hari yang lalu giliran
Ulil Abshar yang bersuara, masalah tetap sama yakni menuntut Anas
mundur. Jelaslah, suara Ulil mendapat reaksi keras dari loyalis Anas.
Kenapa democrat rentan dan mudah diprovokasi
oleh media dan pengamat?banyak orang berpendapat bahwa yang bergabung di
democrat rata-rata tidak melalui pengkaderan yang matang seperti
dilakukan oleh PKS. Ataupun kader democrat umumnya hanyalah kumpulan
poitisi yang mencari sensasi, tidak mempunyai jejak rekan organisasi
yang panjang.
Golkar contohnya, para kader yang tergabung
disana umumnya mempunyai pengalaman panjang dalam berorganisasi, dan di
Golkar terkonsolidasi dengan baik. Tahu dengan Tupoksi, paham dengan
masalah, dan mengerti persoalan. Jarang stetment sekali kader golkar
maupun PKS memantik kontroversi. Baik dikalangan internal maupun
eksternal.
Betapa hebat masalah yang melanda PKS, tapi
coba ditengok beberapa orang kader partai dakwah tersebut yang ngomong
dan bersuara. Palingan Hidayat Nur wahid, apabila media mewawancarai
kader ini biasanya kader hanya diam.
Mungkin lantaran hal demikian SBY mengutarakan
agar di democrat Public relition kembali diaktifkan dengan sempurna
sehingga kader-kader yang memberikan tanggapan ke public tahu apa yang
dibicarakan tanpa perlu menimbulkan gejolak maupun kopntroversi akibat
dari pernyataan mereka. Baiknya Demokrat les dulu sama PKS atau Golkar
bagaimana etika berbicara.
[http://politik.kompasiana.com/2013/02/16/sebaiknya-kader-demokrat-les-sama-pks-534158.html]
0 Response to "Baiknya, Kader Demokrat Les Sama PKS"
Posting Komentar