PKS GO PKS

Kenali Gaya Belajar Anak

Meski belajar keras sekalipun, anak tak mampu juga menguasai pelajaran. Bukannya tak pandai, bisa jadi karena cara belajar yang diterapkan pada anak tidak sesuai dengan gaya belajarnya.

Selama ini mungkin kebanyakan orangtua hanya memahami bahwa belajar berarti duduk diam, tekun membaca atau menulis, menghafal dengan melihat buku, dan semua dilakukan dalam suasana yang tenang. Pemahaman seperti ini yang kemudian diterapkan pada anak-anak.

Ternyata, itu hanya salah satu cara atau gaya belajar. Untuk sebagian anak, cara ini memang cocok dengan gaya mereka sehingga mereka bisa menyerap pelajaran dengan baik. Namun, untuk anak lainnya mungkin cara itu tidak cocok. Alih-alih menguasai pelajaran, mereka malah tertekan dan frustasi, bahkan merasa bodoh.

Beda Gaya, Beda Stimulus
“Ada tiga gaya belajar anak,” ujar psikolog Astri Syafitri Widianti. Pertama, visual, yaitu gaya belajar yang cenderung menggunakan indra penglihatan. Kedua, auditori, yang menekankan pada indra pendengaran. Dan kinestetik, cenderung menggunakan gerakan tubuh.

“Anak dengan gaya belajar visual, biasanya kalau belajar atau bermain lebih suka melihat sambil mengamati. Dia agak susah untuk menyampaikan pesan verbal. Sebenarnya dia mengerti apa yang harus dikatakan, tapi susah mengungkapkannya. Untuk memberinya penjelasan, dia lebih suka disertai gambar atau film hingga dia bisa melihat langsung apa yang sedang dipelajari,” papar konsultan pada Essa Consulting ini.

Bila ada pelajaran menghafal, cukup dengan sekilas melihat atau membaca, 'anak visual' bisa langsung hafal. Tipe ini tak terganggu dengan suara bising, dia tetap bisa memusatkan perhatiannya.

Lain halnya dengan anak yang memiliki gaya belajar auditori. Ciri yang terlihat, biasanya ia banyak omong. Dia tak suka belajar di tempat yang berisik. Karena kecenderungannya menggunakan pendengaran, dia kesulitan untuk berkonsentrasi bila di sekelilingnya terdapat suara-suara yang mengganggu.

Dengan mengandalkan pendengaran, anak dengan gaya belajar auditori lebih cepat menerima pelajaran dari kegiatan mendengar, misalnya lewat kaset, dibacakan buku atau diceritakan. Cara menghafalnya juga demikian. Dia lebih mudah menghafal dengan mendengarkan apa yang harus dihafalnya.

“Nah, kalau tipe kinestetik, biasanya di sekolah anak ini tidak mau diam. Senangnya jalan ke sana kemari,” terang lulusan Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini. Anak dengan gaya belajar kinestetik biasanya agak susah dituntut untuk banyak mendengar atau melihat.

Dalam belajar, 'anak kinestetik' mengandalkan gerakan fisik. Oleh karena itu dia akan lebih mudah mengingat pelajaran bila disertai gerakan, misalnya belajar angka sambil melompat-lompat. Untuk menghafal, ia lebih suka sambil bergerak atau berjalan.

Bagaimana Mengenalinya?
Sebenarnya tak terlalu sulit mengenali gaya belajar anak. Orangtua bisa mengamati kecenderungan buah hati dari perilakunya sehari-hari. “Sejak anak usia 3 tahun, orangtua sudah bisa melihat kemana arah belajarnya,” kata Astri.

Meski demikian, memang perlu pengamatan yang agak lama karena dipastikan ketiga gaya belajar ini ada pada setiap anak. “Tapi pasti ada satu yang dominan. Entah visual, auditori atau kinestetik. Untuk mengetahui ini, diperlukan keaktifan orangtua dalam interaksi sehari-hari,” ujar ibu satu putri ini.

Kini, kata Astri, sudah ada satu tes atau analisa yang bisa langsung mengenali gaya belajar anak, yaitu Fingerprint Analysis (analisis sidik jari). Cara kerjanya yaitu dengan mengukur data biometrik lewat pemindaian sidik jari untuk mengetahui pola distribusi responsitas sistem syaraf pada otak.

Data tersebut kemudian diterjemahkan secara psikologis sebagai gaya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi bakat, motivasi, karakter dan gaya belajar atau bekerja seseorang.

Namun, tanpa tes atau analisis ini pun orangtua tetap bisa mengenali gaya belajar anak melalui tes sederhana yang bisa dilakukan orangtua di rumah, paling tidak selama 3 minggu.

Pada minggu pertama ajak anak melihat gambar, film atau wujud nyata berkenaan dengan pengetahuan. Lalu evaluasi, seberapa banyak pelajaran yang ditangkap anak lewat sarana itu.

Kemudian di minggu kedua, ajak anak belajar dengan cara mendengar, misalnya dengan cara dibacakan atau diceritakan, atau melalui musik dan lagu.

Minggu selanjutnya, ajarkan anak melalui gerakan-gerakan atau permainan. Misalnya materi tentang metamorfosis kupu-kupu, gambarkan dengan gerakan-gerakan yang menarik. Atau libatkan anak dalam permainan dengan peran-peran yang berkenaan dengan pelajaran tertentu.

Di akhir rangkaian tes sederhana ini, orangtua bisa menilai sendiri cara belajar bagaimana yang lebih mudah dicerna anak hingga ia bisa menerima dan menyerap pelajaran dengan lebih baik.

Orangtua akhirnya bisa mengenali gaya belajar anak dan bisa memberikan stimulus yang menunjang kegiatan belajarnya. Misalnya, bila kemudian dikenali gaya belajar si kecil adalah auditori, orangtua bisa membantunya belajar dengan membacakan buku sementara dia menyimak. Jauhi juga suasana ribut atau bising agar ia bisa lebih berkonsentrasi.

[http://ummi-online.com]

0 Response to "Kenali Gaya Belajar Anak"

Posting Komentar

PKS GO PKS