PKS GO PKS

Jangan Jadi “Kopral Macet” (bag 1)






Ibarat tanaman, proses tarbiyah membuahkan kader dakwah berkualitas. Tapi, kok ada kader “kopral macet”? Apa yang salah?
Berada dalam lingkaran tarbiyah memang gampang-gampang susah. Sebagai murobbi ataupun mutarobbi, ada saja masalah yang membelit. Mulai dari masalah daya serap, kemalasan, proses pernikahan, ekonomi, hingga masalah hubungan pribadi antara binaan dan murobbi. Tapi, yang paling pelik dihadapi para murobbi adalah perkembangan binaan yanng terlalu lambat alias seret bin macet.
Kasus pertama. Kader yang telah belasan tahun tarbiyah, kualitas tajwid tilawah belum rata, minim hafalan. Belum membina kader. Sang murobbi sudah mencoba berbagai cara untuk meng-upgrade kemampuan binaan yang satu ini. Disuruh ikut ke ma’had, belajar tahsin, murobbi tamu, hingga diajak ngisi kajian. Tapi, keadaan tak berubah banyak.
Kasus kedua. Muslimah, tarbiyah belasan tahun. Belajar menerima segala keputusan murobbi, termasuk dipindah-pindah guru ngaji. Hafalan lumayan, tiga juz. Pandai membina kader baru. Lincah berdakwah di berbagai tempat. Semenjak menikah, lalu punya anak, ada saja alasan untuk tidak datang kajian rutin. Hafalan pun kian luntur. Tilawah jarang. Catatan materi entah kemana. Masih bersyukur berada dalam bi’ah yang yang memberinya peluang untuk berubah dalam dinamika tarbiyah yang diikutinya.
Kasus ketiga. Kader handal dan berkualitas, belasan tahun tarbiyah, pinter membina, amanah selalu tertunaikan. Sering dipindah murabbi, kadang dengan kualitas di bawahnya, dari penguasaan materi dan yang lainnya. Berusaha bertahan, tapi tidak bisa menyembunyikan kekecewaan. Ingin berprestasi, malah frustasi. “Salah saya apa?” tanyanya di hati.

Referensi : Saksi nomor 16 tahun IV, 14 Mei 2002

0 Response to "Jangan Jadi “Kopral Macet” (bag 1)"

Posting Komentar

PKS GO PKS