PKS GO PKS

Nabi Muhammad dan Umar bin Khatab dalam Lingkaran (bag 4)




"Yang terbaik di masa jahiliyah, terbaik pula di masa Islam," komentar Rasulullah tentang Umar, sosok kontroversial yang masuk Islam saat muslimin di bawah tekanan kaum Quraisy. Dari yang semula membenci Islam, Ia tampil menjadi tameng bagi orang-orang lemah.
Banyak ayat yang turun berkenaan dengan Umar bahkan untuk menasihatinya. Seperti pelarangan minum khamar, pemisahan istri nabi dari orang-orang, pengenaan hijab bagi mereka. Dia pula yang mengusulkan agar panggilan sholat dengan adzan bukan terompet. Ia yang pertama kali memikirkan pengumpulan Al-Quran dan menyatukannya dalam sebuah mushaf. Tak berlebihan bila Rasulullah memberinya gelar al-faruq, sang pembeda antara hak dan bathil.
Selama sepuluh tahun menjabat khalifah menggantikan Abu bakar, Umar dikenal sebagai pemimpin yang berpendirian keras, adil, sangat teliti, wara’ dan sangat sederhana, tidak terpengarug dengan ghanimah (harta rampasan perang) yang berlimpah. Saat itu, pasukam Islam berhasil menguasai seluruh Persia lewat pertempuran Qadisiyah, menaklukkan Syam, membebaskan Palestina dari cengkeraman Romawi, dan kekuasaan Islam menyebar hingga Mesir dan Afrika Utara.
Itulah gambaran sebagian keberhasilan Rasulullah dalam mentarbiyah para sahabat, binaannya. Potensi besar Umar terasah maksimal. Dan ribuan sahabat lain generasi awal dakwah mengalami lompatan serupa saat mereka memasuki Islam.
Apa rahasia keberhasilan tarbiyah Rasulullah? Beliau melakukan proses pembinaan mengembangkan konsep pendidikan yang integral. Tak hanya aspek ruhiyah, juga fikriyah dan jasadiyah yang dirangkai oleh manhaj dakwah yang bersumber Al-Quran dan Sunah, juga keteladanan yang langsung setiap hari.
Di samping itu, hubungan yang dibangun oleh Rasulullah sebagai murabbi dengan para mutarabbi sangat dinamis. Rasulullah sanggup berperan sebagai pemimpin, syaikh, guru dan sahabat, tak sekedar transfer pengetahuan.
Pertemuan antara kepiawaian seorang murabbi dengan mutarabbi berkualitas inilah yang menghasilkan generasi awal dakwah yang gemilang. Bila salah satu dari dua faktor itu hilang, atau berkurang fungsi, maka tarbiyah sulit menggapai hasil maksimal. Boleh jadi, inilah yang menjadi penyebab munculnya “kopral macet”, istilah yang digunakan sebagian aktivis dakwah, yang berati orang yang stagnan dalam keilmuan maupun interaksi dan kontribusinya dalam dakwah.


Referensi : Saksi nomor 16 tahun IV, 14 Mei 2002
 

0 Response to "Nabi Muhammad dan Umar bin Khatab dalam Lingkaran (bag 4)"

Posting Komentar

PKS GO PKS