PKS GO PKS

Menunda Ajal Bangsa

 
PKS bersilaturahmi dengan berbagai kalangan yang berbeda untuk membangun kesalingpahaman tentang masalah bangsa yang harus dipecahkan bersama. Bahkan, dialog juga dilakukan dengan kelompok non-muslim, sehingga merasa nyaman dengan kehadiran PKS sebagai partai dakwah yang membawa kedamaian dan menegakkan keadilan, insya Allah. Mereka berharap kita bisa menjadi the rulling party, setelah menjadi the polling party (menang poling). Rasa syukur juga kita wujudkan dengan mewarisi kemerdekaan sebagai anugerah Allah yang telah diperjuangkan oleh para pejuang bangsa. Salah satunya, pekikan suara takbir yang mengiringi pidato penuh semangat dari Bung Tomo untuk mengobarkan gelora juang arek - arek Surabaya. 

Sekarang kita warisi semangat juang itu dalam kerangka jihad siyasi yaitu upaya politik untuk mengentaskan bangsa dari krisis multi dimensi yang berkepanjangan. Kunci penyelesaian krisis ini ialah lahirnya kepemimpinan baru yang bersih dan amanah, serta peduli dengan nasib rakyat yang terus menderita. Ironisnya, sebagian masyarakat bersikap mendua dalam pemilu, sebuah momentum untuk melakukan perubahan. Pertama, ada kelompok apatis dan menyarankan golput (golongan putih), tidak mencoblos saat pemilu. Alasan mereka, antara lain karena pemilu tidak bisa melahirkan khilafah. Ada pula yang beralasan, pemilu tidak membuahkan perubahan yang revolusioner. 

Alasan itu di luar konteks perjuangan yang sedang dilakukan kelompok reformis yang prihatin dengan kondisi bangsa. Kita hidup di Indonesia, bukan di pulau terpencil, karena itu perjuangan yang kita lakukan harus memperhatikan kerangka perjuangan komponen lain. Tak bisa sendirian menyelesaikan persoalan bangsa yang begitu berat. Sikap golput secara tidak langsung memberi dukungan kepada pihak status quo, karena memperkecil peluang kelompok reformis untuk mendapatkan legitimasi baru bagi perubahan. Daripada bersikap golput, cobalah untuk mempertimbangkan untuk memilih PKS yang berbeda di banding partai yang ada. Namun, jika bersikap tidak memilih apa pun, maka PKS tetap akan memperjuangkan aspirasi mereka yang terpinggirkan. Sikap kedua, ada juga masyarakat yang asal pilih partai yang memberi keuntungan materi kepadanya. 

PKS ingin mendidik masyarakat bahwa pilihan kita menentukan masa depan kita sendiri. Jangan menyesal dengan lahirnya pemimpin dan penguasa yang korup karena rakyat sendiri tanpa sadar menghalalkan perilaku korupsi dengan membiarkan politik uang. Dalam memperjuangkan aspirasi politik baru, kita sering menghadapi fitnah. Orang yang tidak senang sulit memfitnah dari segi kebersihan berpolitik, karena alhamdulillah kader - kader PKS di parlemen terbukti anti korupsi. Mungkin mereka pun sukar memfitnah dari segi kesantunan berdemonstrasi dan berkampanye. Akhirnya terbukti bahwa semua fitnah itu lemah dan tak berdasar. 

Jika masih ada yang ragu dan belum mantap dalam mengikuti pemilu, maka pendapat Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqaddamah perlu dicatat. Ia menyatakan, masyarakat suatu bangsa sebagaimana manusia, mengenai umur dan ajal. Kapan ajal suatu bangsa tiba? Kalau tak ada harapan dalam diri warganya. Kapan sakratul maut bangsa datang? Jika harapan akan masa depan yang lebih baik telah musnah. 

Dr. HM. Hidayat Nur Wahid

0 Response to "Menunda Ajal Bangsa "

Posting Komentar

PKS GO PKS