PKS GO PKS

Mutaba'ah Takut Riya'?




Di kalangan kader dakwah, tentu tak asing dengan form mutabaah, evaluasi amalan harian yang biasanya meliputi target tilawah, qiyamul lail, shaum sunah, hafalan quran, dsb. Namun, ada juga yang enggan mengisi form ini karena takut riya'. Bagaimana menyikapinya?
Dari Umar bin Khatab, Rasulullah pernah bersabda, "Muhasabahilah diri kalian, sebelum kalian dihisab, dan bersiaplah menghadapi hari pemaparan amal yang terbesar, dan bahwasanya hisab itu akan menjadi ringan di hari kiamat terhadap seseorang yang telah menghisabnya di dunia."
Penggunaan form mutabaah itu merupakan sesuatu yang baik, hanya saja ada patokan-patokannya agar dia benar-benar menjadi wasilah untuk mengingatkan dan memperbaiki. Bila patokan ini tidak diindahkan, maka wasilah ini menjadi tidak efektif bahkan bisa berdampak negatif.
Patokan pertama, menjelaskan dan memberikan pemahaman yang dalam kepada mutarabbi akan pentingnya muraqabatuulah (adanya pengawasan Allah), bukan pengawasaan murabbi. Mereka megorientasikan semua amal hanya untuk Allah semata. Diharapakan, dengan adanya perhatian dan evaluasi kontinu akan menghindarkan dari bisikan riya’.
Patokan kedua, ibadah individual yang seharusnya dilaukan secara rahasia antara seorang hamba dengan Tuhannya, tidaklah selayaknya dilongok dan diketahui orang lain, termasuk murabbi, kecuali dalam bentuk jama’I (ramai-ramai). Caranya pun tidak dengan menonjolkan kekurangan, tapi sisi positif agar bisa menjadi teladan bagi pihak-pihak yang kurang, sebagaimana yang dilakukan Rasulullah saat bersabda :
“Siapakah di antara kalian yang pagi ini berpuasa?” Abu Bakar  menjawab, “ Saya wahai Rasulullah.”
“Siapakah di antara kalian yang pagi ini telah mengantarkan jenazah?”  Abu Bakar  menjawab, “ Saya wahai Rasulullah.”
“Siapakah di antara kalian yang pagi ini telah memberi makan orang miskin?” Abu Bakar  menjawab, “ Saya wahai Rasulullah.”
“Siapakah di antara kalian yang pagi ini telah menjenguk orang sakit?” Abu Bakar  menjawab, “ Saya wahai Rasulullah.”
“Perbuatan – perbuatan ini tidak berhimpun pada seseorang kecuali ia akan masuk surga.”
Kalau saja kita memperturutkan alasan riya sehingga enggan beramal, seperti shalat berjamah dan berjihad, niscaya akan terjadi kerusakan besar dalam beragama. Bahkan inilah yang dinamakan riya itu sendiri. Bisa jadi, penampakan amal yang dilakukan oleh orang – orang yang hatinya telah mantap dengan keikhlasan bisa menjadi motivasi bagi orang lain agar mereka lebih giat beramal untuk meraih ridha Allah.
Kesimpulan :
1.Segala bentuk ketaatan pada dasarnya adalah hubungan khusus antara seorang hamba dengan Tuhannya
2.Jika aspek-aspek ubudiyah itu hendak dibuat ukuran, maka hendaklah ukuran itu dilakukan secara jama’I bukan individual, untuk menepis riya dan dusta
3.Namun, hal itu tidak berarti melarang menzhahirkan amal di hadapan banyak orang. Menzhahirkan amal bukan termasuk riya’ dan kemunafikan.
Ustadz Musyaffa A Rahim.

0 Response to "Mutaba'ah Takut Riya'? "

Posting Komentar

PKS GO PKS